
Meskipun menyerang terus menerus bagai “Raptor” dari babak 1 sampai akhir pertandingan babak-2 tohIndonesia hanya sanggup mencetak dua gol saja danMalaysia 1 gol (total agregate 4-2 untuk Malaysia). Di babak Kesatu, satu peluang di kotak penalti gagal menjadi gol setelah tembakkan pinalti dapat dengan mudah ditangkap kiper Malaysia.
Permainan ala “Raptor” seperti yang ditampilkan di Leg-2 membutuhkan stamina yang kuat. Ini tentu membutuhkan pelatihan yang konsisten dan fokus yang tajam supaya tenaga yang dibuang tidak sia-sia . Raptor merupakan binatang cerdik yang buas, yang digambarkan ulet dan mampu menyerang secara berkesinambungan dan terkoordinasi dengan baik sampai korbannya lumpuh. Baik dilumpuhkan dengan terkaman langsung maupun jebakan yang cerdik. Meskipun ukurannya tidak sebesar Tyranosaurus Rex, binatang purba ini termasuk binatang pemangsa yang menjadi momok menakutkan di zaman purba.
Anehnya permainan macam Raptor ini gagal ditampilkan di Leg-1 Indonesia – Malaysia. Padahal jelas kalau di Leg-2 pemain Timnas Indonesia mempunyai stamina yang memadai untuk bermain ala Raptor. Nampaknya, pertandingan Leg-1 merupakan titik balik stamina pemain Timnas Indonesia yang didera oleh acara2 seremonial yang tak perlu. Suatu pelajaran pahit yang memang menjadi alasan kuat untuk mengganti pengurus PSSI supaya tidak lagi mencampur adukkan kepentingan pribadi maupun politis dalam olahraga apapun juga.
Bravo Timnas Indonesia dan Malaysia yang bertanding maksimal sampai akhir permainan.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar